Selasa, 04 Mei 2010

Sejarah Jurnalisme Pembangunan PARADIGMA DAN AWAL TEORI PEMBANGUNAN

Jurnalisme pembangunan (journalism of development) adalah jurnalisme yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan menyadarkan masyakarat tentang pembangunan. Di sini jurnalis berusaha meyakinkan masyarakat akan masa depan, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan.
Jurnalisme pembangunan atau sering disebut “pers pembangunan” dalam praktiknya mengutamakan peranan pers dalam rangka pembangunan nasional negara dan bangsanya dengan tujuan untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik.
Konsep jurnalisme pembangunan ini mulai diperkenalkan, berawal dari pemikiran bagaimana menemukan rumusan atau model komunikasi yang cepat, murah, dan massal bagi tujuan pembangunan. Lahirnya konsep ini banyak didorong para praktisi yang berlatar belakang wartawan dengan memanfaatkan potensi media komunikasi dalam kegiatan pembangunan melalui kebijakan pemberitaan yang mendukung peliputan pembangunan.
Jurnalisme Pembangunan lahir dari institut pers yang diprakrasi Juan Mercado, salah seorang direktur Philipine Press Institute. Tepatnya ketika Press Foundation of Asia menyelenggarakan Kursus Latihan Penulis Ekonomi se-Asia yang pertama di Manila pada tahun 1968, yang mencerminkan penekanan ganda dari jurnalisme pembangunan, yaitu:
• Pembangunan ekonomi di Asia
• Teknik penulisan yang jelas
Sedangkan paradigma awal pembangunan pada mulanya banyak terinspirasi oleh tiga teori besar tentang perubahan social pada masyarakat yakni :
1. Teori Modernisasi
Teori modernisasi lahir sekitar tahun 1950, yang ditandai beberapa momentum penting, yaitu :
Pertama : terjadinya revolusi intelektual di setiap Negara untuk melakukan respons terhadap Perang Dunia II
Kedua : terjadinya perang dingin antara negar komunis di bawah pimpinan Negara sosialis Uni Soviet yang berideologi sosialis dan Amerika Serikat yang berideologi kapitalis.
Teori ini melihat masyarakat pada posisi dikotomi, yaitu modern dan tradisional. Menurut Yudistira (2003) teori modernisasi adalah suatu deskripsi dan eksplanasi tentang proses transformasi dari masyarakat yang tradisional atau berkembang menuju masyarakat modern.
Menurut Edward F. Borgotta dan Maria Borgotta ciri masyarakat modern ditandai dengan kecenderungan mereka menganggap teori modernisasi sebagai salah satu perspektif sosiologi yang berorientasi pada pembangunan dan keterbelakangan. Perhatian utama teori ini, yaitu pada cara masyarakat dulu dan sekarang yang telah modern diwesternisasikan melalui proses pertumbuhan ekonomi dan perubahan social, politik, dan struktur budaya.
Daniel Lerner (1985) mengemukakan bahwa aspek dasar modernisasi adalah urbanisasi, industrialisasi, sekularisasi, demokratisasi, pendidikan, dan peran serta media massa yang semuanya berlangsung dalam keterkaitan utuh, tidak terpisah dan tidak serampangan. Sehingga Weber menyebut bahwa modernisasi adalah proyek Negara besar (Amerika) pada Negara dunia ketiga.
Samuel P. Huntington, melakukan tinjauan terhadap modernisasi yakni, secara psikologis, demografis, sosiologi, dan politik.
Modernisasi sendiri menganut tiga asumsi pokok yakni :
• Mempercayai kondisi tradisional serta modern sebagai kondisi yang dikotomis.
• Percaya bahwa factor-faktor penyebab keterbelakangan adalah factor nonmaterial, terutama dunia ide dan alam pikiran.
• Bersifat fositivistik
Teori modernisasi mengusung semangat pembangunan mengubah masyarakat dari era tradisional menuju masyarakat modern.
Menurut Harrison (1988), modernisasi akan berpengaruh terhadap perubahan susunan dan pola masyarakat, dengan terjadinya diferensiasi structural.


2. Teori Ketergantungan
Teori ini merupakan penggabungan antara pandangan liberal dan sosialis. Asumsi yang coba dikembangkan dalam teori ini hanya sebatas memberikan kesempatan kepada negara-negara baru untuk berkembang melalui penyediaan fasilitas penunjang dari Negara maju.
Hubungan ketergantungan dalam teori ini digambarkan sebagai posisi saling membutuhkan dan saling mengisi. Bahwasanya keberhasilan pembangunan suatu Negara tidak akan tercapai tanpa bantuan atau ketergantungan pihak lain.
Santos (1970) menyatakan bahwa ada tiga bentuk ketergantungan, yaitu ;
• Ketergantungan colonial
• Ketergantungan industry keuangan, dan
• Ketergantungan teknologi industri
3. Teori Sistem Dunia
Dinamika Negara ditentukan oleh system dunia, maka menurut Wallerstein, suatu Negara bisa “naik atau turun kelas”
Inti dari teori Wallerstein ini adalah tiga strategi bagi terjadinya kenaikan kelas Negara-negara dalam system perekonomian dunia, yakni :
Pertama : kenaikan kelas terjadi dengan merebut kesempatan yang datang
Kedua : kenaikan kelas terjadi melalui undangan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan multi-nasional
Ketiga : kenaikan kelas terjadi karena kebijaksanaan Negara untuk memandirikan negaranya.
Teori system dunia menekankan akan pentingnya analisis totalitas yang berjangka panjang. Oleh sebab itu, analisis yang tepat menurut perspektif ini adalah keseluruhan dunia yang merupakan salah satu system yang menyejarah yang terdiri dari 3 starata, yaitu : pusat, setengah pinggiran dan pinggiran.
Berdasarkan pandangan ketiga teori tersebut, kita bisa menggambarkan ciri-ciri dari teori pembangunan sebagi berikut :
• Pendekatan positif instrumental terutama menggunakan indicator kuantitatif
• Perspektif formal, dimana pembangunan dirumuskan secara universal yang dapat dikombinasikan dengan model peramalan
• Budaya yang kebarat-baratan (etnosentris)
• Berfaham endogenous atas eksogenous
• Perspektif deterministic ekonomi, teknologis, dan budaya massa.

Sumber
2007, Dilla, Sumadi. Komunikasi Pembangunan: Pendekatan Terpadu, Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Tidak ada komentar: