Selasa, 12 Mei 2009

teory komunikasi

Pendekatan teory komunikasi
1. a. Paradigma Positivistik/objektif
Paradigma positivistik adalah teori-teori komunikasi yang diilhami oleh ilmu alam, seperti fisika, biologi dll.
Ciri-cirinya :
• peneliti dan yang diteliti berada dalam hal yang berbeda/terpisah,
• ada control tetap
Metodenya :
• Kuantitatif
• Observasi
• Statistik
• Survey
Yang menentukan hasil penelitian teori komunikasi paradigma positivistik yang menentukan adalah hasil statistik.
b. Paradigma Post positivistik
Paradigma post positivistik adalah teori-teori komunikasi yang diilhami dari fenomologi, peneliti berada di dalam objek peneliti itu sendiri.
Metodenya :
• Kualitatif
• Wawancara mendalam
• Analisis berupa logika rasional.
Yang menentukan hasil penelitian teori komunikasi paradigma positivistik yang menentukan adalah peneliti sendiri.

2. a. Teori Sruktural dan Fungsional
Teori struktural (strukturalisme) berasal dari linguistik di mana di dalamnya menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial. Sedangkan pendekat fungsionalisme berasal dari biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara pengorganisasian dan mempertahankan sistem.
Ciri dan jenis teori ini di bangun berdasarkan asumsi dasar teori, yaitu :
• Masyarakat adalah organisme kehidupan
• Masyarakat memiliki sub-subsistem kehidupan
• Masing-masing subsistem memilki fungsi yang berbeda
• Fungsi-fungsi subsistem saling memberi kontibusi kepada subsistem lainnya
• Setiap fungsi akan terstruktur dalam masyarakat berdasarkan fungsi masing-masing
Menurut Littlejohn kedua pendekatan ini juga memiliki beberapa persamaan karakteristik sebagai berikut :
• Baik pendekatan Stukturalisme maupun pendekatan fungsionalisme, keduanya sama-sama lebih mementingkan synchrony (stabilitas dalam kurun waktu tertentu) dari pada diachrony (perubahan dalam kurun waktu tertentu)
• Kedua pendekatan sama-sama mempunyai kecenderungan memusatkan perhatiannya pada akibat-akibat yang tidak diinginkan (unintended consequences) dari pada hasil-hasil yang sesuai tujuan. Kalangan stukturalis tidak mempercayai konsep-konsep “subjektivitas” dan “kesadaran”. Bagi mereka yang diamati terutama sekali adalah faktor-faktor yang berada di luar kontrol dan kesadaan manusia.
• Kedua pendekatan sama-sama mempunyai kepercayaaan bahwa realitas itu pada dasarnya objektif dan independent (bebas). Oleh karena itu, pengetahuan, menurut pandangan ini, dapat ditemukan melalui metode pengamatan (observasi) empiris yang cermat.
• Pendekatan stukturlisme dan fungsionalisme juga sama-sama bersifat dualistik, kaena keduanya memisahkan bahasa dan lambang dari pemikiran-pemikiran dan objek-objek yang disimbolkan dalam komunikasi. Menurut pandangan ini, dunia hadir karena dirinya sendiri, sementara bahas hanyalah alat untuk mempersentasikan apa yang telah ada.
• Kedua pendekatan juga sama-sama memegang prinsip the correspondence theory of truth (teori kebenaran yang sesuai). Menurut teori ini bahasa harus sesuai dengan realitas. Simbol-simbol harus memprestasikan sesuatu secara akurat.
b. Teori Behavioral dan Cognitive
Teori behavioral dan cognitive merupakan gabungan dari dua tradisi yang berbeda. Asumsinya tentang hakikat dan cara menemukan pengetahuan juga sama dengan aliran strukturalis dan fungsional. Perbedaan utama antara aliran behavioral dan kognitif dengan aliran stukturalis dan fungsional hanya terletak pada fokus pengamatan serta sejarahnya. Teori-teori behavioral dan fungsional yang berkembang dari sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya cenderung memusatkan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut struktur sosial dan budaya. Sementara teori-teori behavioral dan kognitif yang berkembang dari psikologi dan ilmu-ilmu pengetahuan behavioralis lainnya, cenderung memusatkan pengamatannya pada diri manusia secara individual. Salah satu konsep pemikirannya yang terkenal adalah tentang model “S-R” (stimulus-response) yang menggambarkan proses informasi antara stimulus (rangsangan) dengan response tanggapan.
Teori-teori behavioral dan cognitive juga mengutamakan analisis variabel (variabel-analytic). Analisis ini pada dasarnya merupakan upaya mengidentifikasikan variabel-variabel kognitif yang dianggap penting, serta mencari hubungan kolerasi diantara variabel.
c. Teori Konvensional dan Interaksional
Teori-teori ini berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan sesuatu proses interaksi yang membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan–kebiasaan tertentu, termasuk dalam hal ini bahasa dan simbol-simbol. Kelompok teori ini berkembang dari aliran pendekatan “interaksionisme simbolis” sosiologi dan filsafat bahasa ordiner
d. Teori kritis dan Interpretatif
Gagasan utama dari kelompok teori-teori kritis dan interpretatif banyak berasal dari berbagai tradisi, seperti sosiologi interpretatif, pemikiran Max Weber, Phenomenology dan hermeneutics, Marxisme dan aliran frankfrut School, serta berbagai pendekatan tekstual.
Meskipun dari teori-teori tersebut terdapat beberapa perbedaan namun dalam garis besarnya perbedaan tersebut dapat dikelompokan ke dalam dua bagian
Pertama : penekanan terhadap peran subjektivitas yang didasarkan terhadap pengalaman individual
Kedua : makna atau meaning merupakan konsep kunci dalam teori-teori ini. Pengalaman dipandang sebagai meaning centered atau dasar pemahaman makna.
3. Teori The Individual Difference Theory.
Argumen :
Menurut Chruden dan Sherman salah satu dari rintangan komunikasi itu adalah Perbedaan Antara Individi-individu .
Suatu rintangan yang besar dalam mengadakan komunikasi dengan banyak orang dalam suatu organisasi menunjukan fakta yang sederhana bahwa tidak ada dua orang individu yang sama. Individu-individu itu dilahirkan dengan kemampuan yang berbeda, mereka pengalaman yang berlainan selama masa kanak-kanak dan masa muda, dan sebagai orang dewasa mereka mempunyai majikan dan pengawasan yang mempunyai bermacam-macam pengaruh atas mereka.
a. Perbedaan Dalam Persepsi
• Perbedaan dalam usia
• Perbedaan dalam keadaan emosi
b. Perbedaan Dalam Kemampuan Mendengarkan
c. Perbedaan Dalam Penafsiran (Semantik)
d. Perbedaan Dalam Status.
4. Teori Belajar Langsung
Argumen :
Meniru pikiran, perasaan dan tindakan orang yang mengadakan hubungan dengan dirinya. Yuni dapat mempelajari hal ini dengan menggunakan Teori Belajar Sosial salah satunya, di mana Yuni dapat meniru perasaan dan tindakan politis muda PKS tersebut dengan belajar langsung. Akan tetapi, Yuni pun harus mengetahui diri politikus muda itu dengan teori konsep diri.
• Teori Konsep Diri
Argumen :
Di mana Yuni melihat menanggapin perilaku politisi itu dengan menerangkan sifat-siofatnya dan mengambil kesimpulan tentang perilakunya. Hal ini dilakukan agar penelitian bisa lebih mengetahui pola perilaku kepribadiannya dan di sini juga di perlukan eori tentang politik diantaranya :

• Teori kebutuhan
Argumen :
Di mana manusia memiliki hirarki kebutuhan, rasa aman, kepastian, kasih sayang dan aktualisasi diri.
• Teori Sifat
Argumen :
Berfokus pada kecenderungan orang berperilaku.
• Teori Tipe
Argumen :
Mengklasifikasikan orang ke dalam kategori-kategori berdasarkan karakteristik yang dominan yang dalam perilaku politik seseorang.
• Teori Fenomenologi
Argumen :
Di mana proses yang digunakan oleh individu untuk memperhatikan dan memahami fenomena yang disajikan langsung kepad politikus .
5. Judul 1
PENGARUH PENYAJIAN BERITA PENDIDIKAN DI SURATKABAR KOMPAS TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT
• Teori S-O-R (Stimulus-Organism-respons)
Argumen :
Kehadiran penyajian khusus berita pendidikan di suratkabar Kompas tidak hanya sebuah kepentingan kosong. Akan tetapi, penyajian berita ini ditunjang oleh berbagai sudut pandang yang nantinya akan menimbulkan sebuah pengaruh tertentu dari masyarakat.
Menurut S-O-R ini, efek yang ditimbulkan dari reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan mempekirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Unsur-unsur dari model ini, yakni : pesan, komunikan, dan respon atau efek. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sdikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar semula.
Media massa mempunyai kedudukan sebagai penyampai pesan kepada para komunikannya. Media massa betindak sebagai komunikator yang selalu aktif dalam menyampaikan informasi yang bersifat aktual dan akurat. Sehingga, pengaruh yang akan didapat oleh komunikan akan baik.
• The Individual Difference Theory
Argumen :
Berdasarkan hal-hal di atas merelevansikan juga teori yang diketengahkan oleh Melvin D. Defleur dengan the individual Difference Theory sebagai teori penunjam. Teori ini menelaah perbedaan-perbedaan diantara individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu.
Teori ini diinterpestasikan bahwa setiap individu menerima pesan dengan respon dan pengaruh yang berbeda. Respon dan pengaruh yang berbeda diakibatkan oleh faktor pendidikan, status sosial, dan sikap tertentu pada media itu sendiri. Akan tetapi, tidak tertutup kemungkinan pengaruh yang di dapat oleh individu adanya persamaan.
Judul 2
RESPON MAHASISWA TERHADAP RUBLIK SURAT PEMBACA PIKIRAN RAKYAT
• Teori Tanggung jawab Sosial
Argumen :
Setiap masyarakat bebas memberikan informasi kepada media tetapi perlu dicatat selain itu juga masyarkt harus tanggungjawab terhadap sesuatu yang diinformasikan tersebut.
• Teori Uses and Gratifications
Argumen :
model inidigambakan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past, suatu loncatan dramatis dai model jarum hifodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media.
Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap perytanyaan Apa yang dilakukan media untuk khalayak (What do the media do to people?) kebanyakan penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi massa berpengaruh kecil terhadap khalayak yang dipersuasi, oleh karena itu para peneliti berbelok ke variabel-variabel yang menimbulkan lebih banyak efek.
Model uses and gratifications menunjukan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus .
• Perbedaan Individu
Argumen :
Setiap mahasiswa pasti memiliki perbedaan terhadap tanggapan rublik surat pembaca di Pikiran rakyat. Sebagian ada yang pro dan sebagian ada yang Kontra. Sebagian ada yang setuju sebagian lagi tidak setuju. Sampai kapan pun pasti tidak akan sama tanggapannya ada yang menerima ada juga yang tidak terhadap rublik tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
• Bungin, Burhan, 2006 Sosiologi Komunikasi, Jakarta : Kencana.
• Dannimo, 2005 Komunikasi Politik, Bandung : Rosda.
• Effendi, Onong Uchjana, 1993 Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi, Bandung : Citra Aditya Bakti.
• Moekijat, 1993 Teori Komunikasi, Bandung : Mandar Maju.
• Rakhmat, Jalaludin, 1999 Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : Rosda.
• Rakhmat, Jalaludin, 1994 Psikologi Komunikasi, Bandung : Rosda.
• Wast, Richrad & Lynn H. Turner 2008 Introducing Communication Theory Analysis and Application, (Penerjemah : Maria Matalia Damayanti Maer) Jakarta : Salembar Humanika.
.

persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpan informasi dan menafsirkan pesan. Perespsi ialah memberikan makna pada stimulin inderawi. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:
A. Perhatian
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Demikian definisi yang diberikan oleh Kenneth. E Andersen, dalam buku yang ditulisnya sebagai pengantar pada teori komunikasi.
Faktor Eksternal Penarik Perhatian, diantaranya:
a. Gerakan. Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak. Kita senang melihat huruf-huruf dalam display yang bergerak menampilkan barang yang di iklankan.
b. Intensitas Stimuli. Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. Warna merah pada latar belakang putih, tubuh jangkung di tengah-tengah orang pendek sukar lolos dari perhatian kita.
c. Kebaruan. Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen juga membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah di pelajari dan di ingat.
d. Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi , akan menarik perhatian. Di sini, unsur yang sudah kita kenal berpadu dengan unsur yang baru kita kenal. Perulangan jika mengandung unsur sugesti:mempengaruhi bawah sadar kita. Bukan hanya pemasang iklan, yang mempopulerkan produk dengan mengulang-mengulang “jingles” atau slogan-slogan, tetapi juga kaum politisi memanfaatkan prinsip perulangan. Emil Dofiat (1968), tokoh aliran publisistik Jerman, bahkan menyebut perulangan sebagai satu di antara tiga prinsip penting dalam menklukan massa.
Faktor Internal Penaruh Perhatian, diantaranya:
a. Faktor-faktor biologis. Dalam keadaan lapar, seluruh pikiran didominasi oleh makanan. Karena itu, bagi orang lapar, yang paling menarik perhatiannya adalah makanan. Yang kenyang akan menaruh perhatiannya pada hal-hal lain.
b. Faktor-faktor sosipsikologis. Berikan sebuah foto yang menggambarkan kerumunan orang banyak di sebuah jalan sempit. Tanyakan apa yang mereka lihat. Setiap orang akan menaruh perhatian yang berbeda.
B. Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis kelamin atau bentuk stimuli, tetapi karakterristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Dalam suatu eksperimen, Levine, Chein, dan Murphy memperlihatkan gambar-gambar yang tidak jelas kepada dua kelompok mahasiswa. Gambar tersebut lebih sering ditanggapi sebagai makanan oleh kelompok mahasiswa yang lapar daripada oleh kelompok mahasiswa yang kenyang. Persepsi yang berbeda ini tidak disebabkan oleh stimuli, karena gambar yang disajikan sama pada kedua kelompok. Jelas perbedaan itu bermula dari kondisi biologis mahasiswa.
Krech dan Crutchfiled merumuskan dalil persepsi pertama:Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakan budaaya terhadap persepsi.
Kerangka Rujukan. Faktor-faktor fungsional lain yang persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan. Mula-mula konsep ini muncul dari penelitian yang berkaitan dengan persepsi objek. Para psikolog sosial menerapkan konsep ini untuk menjelaskan persepsi sosial. Dalam kegiatan sosial komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pesan yang ditrerimanya. Menurut McDavid dan Harrari, psikolog menganggap konsep kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisa interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami.
C. Faktor-faktor Struktural yang Menentukan Persepsi
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Para Psikolog Gestalt, seperti Kohler, Wartheimr, dan Koffka, merumuskan prinsip-prinsip persepsi itu bersifat struktural. Prinsip-prinsip ini kemudian terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, bila kita mempersepsi sesuatu, kita mnempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak dapat melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunya. Menurut Kohler adfalah bagian-bagian medan yang terpisah(dari medan persepsi) berada dalam interdepedensi yang dinamis (yakni, dalam interaksi) dan oleh karena itu dinamika khusus menentukan distribusi fakta dan kualitas lokalnya. Mungkin masih agak sukar dicerna. Maksud Kohler, jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah, kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya.
Dari prinsip ini, Krech dan Crutsfield melahirkan dalil persepsi yang kedua : Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisaikan dan diberi arti. Kita mengorganisaskan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima tidak lengkap, kita akan megisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi. Dalam hubungan dengan konteks, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil persepsi yang ketiga: sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek berupa asimilasi dan kontras.
Karena manusia selalu memandang stimuli dalam konteksnya, dalam strukturnya, maka ia pun akan mencoba mencari struktur pada rangkaian stimuli. Struktur ini diperoleh dengan jalan mengelompokan berdasarkan persamaan atau kedekatan. Prinsip kedekatan menyatakan stimuli yang berdekatan satu sama lain dalam satu kelompok. Dari prisip ini, Kretch dan Crutchfield menyebutkan dalil persepsi yang keempat: Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat struktural dalam mengelompokan objek-objek fisik, seperti titik, garis, atau balok. Kita sebera menganggap bentuk-bentuk segitiga sebagai satu kelompok, dan titik-titik sebagai kelompok yang lain. Kita dapat meramalkan dengan cermat dengan mengukur jarak di antara objek atau melihat kesamaan bentuk, benda-benda mana yang akan dikelompokkan.
Pada persepsi sosial, pengelompokan tidak murni struktural, sebab apa yang dianggap sama atau berdekatan oleh seorang individu, tidaklah dianggap sama atau berdekatan oleh individu yang lain. Di sini masuk jugalah masuk perenan kerangka rujukan. Ahli zoologi menganggap kuda, manusia, dan ikan paus sebagai satu kelompok (sama-sama mamalia). Diantara contoh diatas itu adalah satu kelompok mamalia bukan satu kelompok hewan.
Dalam komunikasi, dalil kesamaan dan kedekatan ini sering dipakai oleh komunikator untuk meningkatkan kredibilitasnya. Ia menghubungkan dirinya atau mengakrabkan dirinya dengan orang-orang yang mempunyai prestise tinggi. Terjadilah apa yang disebut cemerlang karena hubungan. Orang menjadi terhormat karena duduk berdampingan dengan anggota kabinet atau bersalaman dengan presiden. Sebaliknya, kredibilitas berkurang karena berdampingan dengan orang yang nilai kredibilitasnya rendah pula. Disinilah terjadi apa yang disebut bersalah hubungan.
Jika, kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimuli ditanggapi sebagai struktur yang sama. Sering terjadi hal-hal yang berdekatan juga dianggap berkaitan atau mempunyai hubungan sebab dan akibat. Bila setelah terjadi kematian tokoh, turun hujan lebat, kita cenderung menganggap hujan lebat diakibatkan oleh tokoh yang meninggal itu. Bila terjadi kesulitan ekonomi kita akan memegang pemerintahan, orang akan mengaitkan kegagalan ekonomi itu pada kebijaksanaan kita. Bila setelah menjadi pimpinan seseorang bantuan datang, orang akan menghubungakan bantuan itu pada pengangkatan seseorang itu menjadi pimpinan. Dalam logika, kecenderungan ini dianggap sebagai salah satu kerangka acuan berpikir. Sesudah itu, dengan demikian karena itu.
Menurut Krech dan Crutchfield, kecenderungan untuk mengelompokkan stimuli berdasarkan kesamaan dan kedekatan adalah hal yang universal.
KUTUBU SITTAH


1. Al-Jami’ as-Sahih al-Bukhari
Penyusun : Imam Bukhari
Nama aslinya : Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin al-Mugirah bin Bardizbah al-Bukhari
Lahir : 194 H
Wafat : 252 H
2. Al-Jami’ as-Sahih al-Muslim
Penyusun : Imam Muslim
Nama aslinya : Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Kusairi an-Naisaburi
Lahir : 204 H
Wafat : 261 H
3. As-Sunan Abu Daud
Penyusun : Abu Daud
Nama aslinya : Abu Daud Sulaiman bin al-‘Asy’as bin Ishak al-Sijistani
Lahir : 202 H
Wafat : 16 Syawal 275 H
4. As-Sunan at-Tirmidzi
Penyusun : at-Tirmidzi
Nama aslinya : Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah at-Tirmidzi
Lahir : Tepi selatan sungai Jihun (Amudaria/Uzbakistan) di Kota Tirmidz 200 H
Wafat : Bugh, 13 Rajab 279 H
5. As-Sunan Nasa’i
Penyusun : Nasa’i
Nama aslinya : Abu Abdul ar-Rahman bin Sua’id bin Bahr an-Nasa’i
Lahir : 215 H
Wafat : 302 H
6. As-Sunan Ibnu Majah
Penyusun : Ibnu Majah
Nama aslinya : Abu Abdillah Ibnu Yazid Ibnu Majah
Lahir : 207 H
Wafat : 273 H

pengertian, kedudukan dan fungsi hadis

A. PENGERTIAN DAN MURADIF HADITS
1. Pengertian Hadits
1) Hadits menurut lughat
• Jadid : yang baru
• Qarib : yang dekat, yang belum lama terjadi
• Khabar : warta yakni sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada seseorang
2) Hadits menurut istilah
• Menurut ahli hadits :
Hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan dan yang sebagainya.
• Menurut ahli ushul :
Hadits adalah segala perkataan Nabi SAW, perbuatan dan taqrirnya yang berkaitan dengan hukum syara’ dan ketetapannya.
2. Muradif Hadits
1) Sunnah
• Lughat : Sunnah berarti jalan yang dijalani, terpuji atau tidak, suatu tradisi yang sudah dibiasakan walaupun tidak baik.
• Istilah menurut :
 Ahli hadits :
Sunnah berarti segala sesuatu yang dinukilkan dari Nabi SAW baik berupa ucapan, perbuatan, taqrir, sifat,akhlak dan perjalanan Rasulullah SAW.
 Ahli usul :
Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW selain al-Qur’an al-Karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang pantas untuk dijadikan dalil bagi hukum syara’.
 Ahli fiqh :
Segala ketetapan yang berasal dari Nabi SAW selain yang difardukan dan diwajibkan. Menurut mereka, Snnah meupakan salah satu hukum yang lima (wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah), dan yang tidak termasuk kelima hukum ini disebut bid’ah.
2) Khabar
• Lughat : warta berita yang disampaikan dari seseorang kepada seseorang
• Istilah : berarti yang disandarkan kepada Nabi SAW atau kepada sahabat, juga tabi’in.
3) Atsar
• Lughat : bekas atau sisa sesuatu
• Istilah menurut :
 Muhammad Ajjaj al-Khatib :
Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, sahabat dan thabi’in akan tetapi fuqaha khurasan menamakan atsa untuk mauquf dan menamakan khabar untuk marfu.
 Az-Zarkasyi :
memakai atsar untuk hadits mauquf, tapi membolehkan untuk hadits marfu.
 Ath Thahawy :
memakai kata atsar untuk yang dating dari Nabi dan sahabat.
 Ath Thabary :
memakai kata atsar untuk yang dating dari Nabi saja.
B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS
1. Kedudukan Hadits
Seluruh umat Islam, sepakat bahwa hadits itu kedudukannya sebagai sumber hukum Islam yang ke dua setelah al-Qur’an.untuk mengetahui sejauhmana kedudukan hadits sebagai sumber hukum Islam, dapat dilihat beberapa dalil sebagai berikut :
1) Dalil al-Qur’an
Banyak ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang kewajiban mempercayai Rasul diantaranya :
• Ali-Imran : 179
• An-Nisa : 136
Sedangkan dalil tuntutan taat dan patuh kepada Rasul SAW diantaranya :
• Ali-Iman : 32
• Al-Hasyr : 7
• An-Nisa : 59
• An-Nur : 54
2) Dalil al-Hadits
Dalam salah satu pesan Rasulullah Saw berkenaan ndengan keharusan menjadikan hadis sebagai pedoman hidup, disamping Al-Qur’an sebagai pedoman utamanya, beliau bersabda yang artinya : “Aku tinggalkan dua pusaka untuk mu sekalian, yang kalian tidak akan tersesat selagi kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu berupa kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”.
3) Ijma
Banyak peristiwa yang menunjukan adanya kesepakatan menggunakan hadits sebagai sumber hukum Islam, antara lain dapat diperhatikan peristiwa di bawah ini
• Saat Umar berada di depan hajar aswad ia berkata : “Saya tahu bahwa engkau adalah batu. Seandaianya saya tidak melihat Rasullullah menciummu, saya tidak akan menciummu”
• Diceritakan dari Sa’ad bin Musayyab bahwa Utsman bin Affan berkata : “Saya duduk sebagaimana duduknya Rasulullah Saw, saya makan sebagaimana makannya Rasulullah, dan saya sholat sebagaimana sholatnya Rasul ”
4) Sesuai dengan Petunjuk Akal
Bila kerasulan Muhammad SAW telah diakui dan dibenarkan, maka sudah selayaknya segala peraturan dan perundang-undangan serta inisiatif beliau, baik yang beliau ciptakan atas bimbingan ilham atau hasil ijtihad semata, ditempatkan sebagai sumber hukum dan pedoman hidup. Di samping itu secara logika kepercayaan kepada Muhammad SAW sebagai Rasul mengharuskan ummatnya mentaati dan mengamalkan segala ketentuan yang beliau sampaikan.
2. Fungsi Hadits
• Menurut Malik bin Annas ada lima :
1) Bayan At-Taqrir
2) Bayan At-Tafsir
3) Bayan At-Tafsil
4) Bayan Al-Bats
5) Bayan At-Tasyri
• Menurut Syafi’I ada lima :
1) Bayan At-Tafsil
2) Bayan At-Takhsis
3) Bayan At-Ta’yin
4) Bayan At-Tasyri
5) Bayan An-Nasakh
• Menurut Ahmad Bin hambal ada empat :
1) Bayan At-ta’qid
2) Bayan At-tafsir
3) Bayan At-Tasyri
4) Bayan At-Takhsis
PENGERTIAN
1) Bayan At-Taqrir
Bayan At-taqrir disebut juga bayan At-Ta’qid dan bayan al-Isbat. Yang dimaksud dengan bayan ini ialah menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam Al-Qur’an. Fungsi al-Hadits dalam hal ini hanya memperkokoh isi kandungan Al-Qur’an.
2) Bayan At-Tafsir
Bayan At-tafsir adalah memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih mujmal, memberikan Taqyid ayat-ayat Al-Qur’an yang masih mutlaq dan memberikan Takhsis ayat-ayat Al-Qur’an yang masih umum.
3) Bayan At-Tasyri
Bayan At-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam Al-Qur’an. Di sebut juga Bayan Za’id ‘ala al-kitab al-karim.
4) Bayan An-Nasakh
Kata An-Nasakh secara bahasa, bermacam-macam arti, bias berarti al-ibtal, al-ijalah, at-tahwil, at-taqyir. Sedangkan menurut ulama mutaqaddimin, bayan an-nasakh adalah adanya dalil syara’ (yang dapat menghapuskan ketentuan yang telah ada), karena datangnya kemudian.
5) Bayan At-Tafsil
Al-qur’an bersifat mujmal, agar ia dapat difungsikan dan berlaku sepanjang masa dan dalam keadaan yang bagaimanapun maka diperlukan perincian oleh hadits.
6) Bayan Takhsis
Selain berfungsi untuk menafsirkan al-qur’an, Hadits juga berfungsin memberi penjelasan tentang kekhususan-kekhususan ayat-ayat yang bersifat umum.
7) Bayan Ta’yin
Haditsw Nabi SAW berfungsi untuk menentukan mana yang dimaksud diantaran dua atau tiga perkara yang mungkin dimaksukan lafadz-lafadz musytarak dalam Al-Qur’an.
C. PERBEDAAN AL-QUR’AN DENGAN HADITS
Sekalipun al-Qur'an dan as-Sunnah / al-Hadits sama-sama sebagai sumber hukum Islam, namun diantara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup prinsipil. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain ialah :
a. Al-Qur'an nilai kebenarannya adalah qath'I ( absolut ), sedangkan al-Hadits adalah zhanni ( kecuali hadits mutawatir ).
b. Seluruh ayat al-Qur'an mesti dijadikan sebagai pedoman hidup. Tetapi tidak semua hadits mesti kita jadikan sebagai pedoman hidup. Sebab disamping ada sunnah yang tasyri' ada juga sunnah yang ghairu tasyri’. Disamping ada hadits yang shahih ada pula hadits yang dha’if dan seterusnya.
c. Al-Qur'an sudah pasti otentik lafazh dan maknanya sedangkan hadits tidak.
d. Apabila Al-Qur'an berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka setiap muslim wajib mengimaninya. Tetapi tidak harus demikian apabila masalah-masalah tersebut diungkapkan oleh hadits.







REFERENSI
Ashiddieqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta ; Bulan Bintang, 1954.
Darmalaksana, Wahyudin, Hadis di mata Orientalis, Bandung : Benang Merah Press, 2004.
Suparta, Munzier dan Ranuwijaya, Utang, Ilmu Hadis, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996.
Nuruddin, Ulumul al-Hadits 2, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1994.
Rahman, Fatchur, Ikhtisar Musthalahul Hadits, Bandung : Alma’arif, 1974.
Priatna, Tedi, Sari Kuliah Ilmu Hadits, 1997.
www.nursyifa.net

dasar-dasar ilmu dakwah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dakwah telah kita ketahui artinya mengajak, menyeru umat untuk ke jalan kebenaran beramal melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya agar menjadi masyarakat yang madani.
Kegiatan dakwah merupakan kewajiban untuk semua umat muslim di dunia. Kegiatan berdakwah tidak hanya dilakukan melalui ceramah saja. Tapi banyak cara untuk melakukan dakwah, bahkan media elektronik on-line seperti internet sekalipun bisa dijadikan untuk media dakwah bagi kaum muslim sekarang ini. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia dari hari ke hari semakin tidak menentu keadaanya baik itu segi moralitas keagamaan maupun kehidupan sosial, ekonomi atau politik. Jadi sudah sepantasnya masyarakat muslim ini untuk banyak melakukan dakwah baik secara lisan, tulisan, melalui media, dan alat yang menunjang untuk berdakwah lainnya. Sehingga dengan dilakukannya dakwah setidaknya dapat memperbaiki keimanan individu, kelompok ataupun masyarakat pada umumnya.

1.2 Perumusan Masalah
1. Apa pengertian kredibilitas dan citra ?
2. Apa pengertian da’i dan harus bagaimana sikap-sikap yang harus dilakukan seorang da’i ?
3. Apa saja pesan dakwah itu ?

1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian kredibilitas
2. Untuk mengetahui apa itu da’i dan bagaimana sikap-sikap yang harus dilakukan seorang da’i itu
3. Untuk mangetahui bagaimana pesan dakwah itu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kredibilitas dan Citra
Aristoteles pernah menyebutkan tiga cara yang efektif untuk mempengaruhi yaitu, ethos, logos dan pathos. Dengan ethos, kita merujuk kepada kualitas komunikator. Komunikator yang jujur, dapat dipercaya, memiliki pengetahuan yang tinggi, akan sangat efektif untuk mempengaruhi komnikannya. Dengan logos, kita meyakinkan orang lain tentang kebenaran argumentasi kita. Kita mengajak mereka berfikir, menggunakan akal sehat, dan membimbing sikap kritis. Kita tunjukan bahwa kita benar karena secara rasional argumentasi kitaharus diterima. Dengan pathos, kita bujuk komunikan untuk mengikuti pendapat kita. Kita gerakan emosi mereka, kita sentuh keinginan dan kerinduan mereka, kita redakan kegelisahan dan kecemasan mereka.
Meminjam peristilahan dalam ilmu komunikasi, da’i dapat dikategorikan sebagai komunikator yang bertugas menyebarkan dan menyampaikan iniformasi-informasi dari sumber (source) melalui saluran yang sesuai (channel) pada komunikan (receiver), untuk menjadi komunikator yang baik maka da’i dituntut adanya kredibilitas yang tinggi yaitu suatu tingkat kepercayaan yang tinggi dari komunikannya, komunikator atau da’i yang baik adalah dia yang mampu menyampaikan informasi atau pesan (message) kepada komunikan sesuai dengan yang diinginkan.
Kredibilitas adalah alasan yang masuk akal untuk bisa dipercayai.
Seorang yang memiliki kredibilitas berarti dapat dipercayai, dalam arti kita bisa memercayai karakter dan kemampuannya. Sokrates mengatakan, "Kunci utama untuk kejayaan adalah membuat apa yang nampak dari diri kita menjadi kenyataan." Sedangkan citra adalah image, bentuk, rupa ataupun gambaran secara fisik yang menyerupai kenyataan, perwakilan atau representasi secar mental dari sesuatu baik manusia benda atau lembaga yang mengandung kesan tertentu.
Hovland dan Weiss menyebutkan ethos itu credibility yang terdiri dari dua unsure :
1. Expertise (keahlian)
2. trustworthiness (dapat dipercaya)
Nasihat dokter kita ikuti, karena dokter memiliki keahlian. Tetapi omongan pedagang yang memuji barangnya agak sukar kita percaya karena kita meragukan kejujurannya. Di sini, pedagang tidak memiliki trustworthiness
2.2 Pengertian Da’i
Da’i dalam arti masih bersifat umum adalah orang yang mengajak, dalam pengertian ini termasuk didalamnya adalah orang yang mengajak kepada perkara yang tidak baik atau kejelekan. Maka dalam pengertian yang khusus (dalam islam dapat dikatakan) bahwa da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah-laku kearah kondisi yang baik atau lebih baik menurut syari’at islam yaitu Al-Quran dan As-Aunnah, dan dalam pengertian yang khusus tersebut dapat diidentikan dengan orang yang melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar.
Selanjutnya sebagai sebuah ta’bir bahwa seorang da’i adalah sosok pemandu terhadap orang orang yang ingin mendapatkan keselamatan hidup didunia dan diakhirat, dia adalah penunjuk jalan dimana jalan yang harus dilalui dan mana jalan yang tidak boleh dilalui, dalam masyarakat misalnya, seorang da’i menduduki kedudukan yang penting dimana dia adalah dijadikan seorang pemuka atau pelopor yang selalu diteladani oleh masyarakat, dia dijadikan seorang pemimpin ditengah masyarakat walaupun tidak pernah dinobatkan resmi sebagai pemimpin atas dasar pengakuan masyarakat yang tumbuh (pini sepuh-bahasa jawa), maka seorang da’i harus sadar bahwa tingkah-lakunya selalu dijadikan tolok ukur bagi masyarakat.
Setiap orang yang menjalankan aktifitas dakwah, hendaknya memilih kepribadian yang baik sebagai seorang da’i, menurut Prof. DR. Hamka “ jayanya atau suksesnya suatu dakwah memang sangat bergantung kepada pribadi atau pembawa dakwah itu sendiri, yang sekarang lebih populer disebut da’i”. kepribadian disini meliputi kepribadian yang bersifat jasmanai dan rohani meliputi :
2.2.1 Sifat-sifat Seorang Da’i
a. iman dan taqwa kepada Allah
Syarat kepribadian sorang da’i yang terpenting adalah iman dan taqwa kepada Allah. Oleh karena itu didalam membawa misi dakwah diharuskan terlebih dahulu diri-sendiri dapat memerangi hawa nafsunya, sehingga diri pribadi ini lebih taat kepada allah dan Rasulnya dibandingkan dengan sasaran dakwahnya.
b. Tulus ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri pribadi
Niat yang lurus tanpa pamrih duniawiyah belaka, salah satu syarat mutlak ang harus dimiliki seorang da’i. Sebab dakwah adalah pekerjaan yang bersifat ubudiyah atau terkenal dengan hablullah,yakni amal perbuatan yang berhubungan dengan Allah. Sifat ini sangat menentukan keberhasilan dakwah, misalnya ada dalam hati ketika memberikan ceramah dengan adanya ketidak ikhlasan dalam memberikan ceramah.
c. Ramah dan penuh pengertian
Propaganda yang dapat diterima orang lain, apabila yang mempropagandakan berlaku ramah, sopan dan rigan tangan untuk melayani sasarannya, karena keramahan, kesopanan dan keringan-tanganannya insya-Allah akan berhasil dakwahnya.



d. Tawadlu’ (rendah diri)
Rendah diri hati bukan semata-mata merasa dirinya terhina dibandingkan dengan derajat dan martabat orang lain, akan tetapi seorang da’i yang sopan, tidak sombong dan tidak suka menghina dan mencela orang lain.
e. Sederhana dan jujur
Sederhana bukanlah berarti didalam kehidupan sehari-hari selalu ekonomis dalam memenuhi kebutuhannya, akan tetapi sederhana disini tidak bermegah-megahan, angkuh dan sebagainya, sedangkan kejujuran adalah orang yang percaya akan ajakannya dan dapat mengikuti ajakan dirinya.
f. Tidak memiliki sifat egoisme
Ego adalah watak yang menonjolkan akunya, angkuh dalam pergaulan merasa dirinya terhormat, lebih pandai, dan sebagainya. Sifat inilah yang harus dijauhi betul-betul oleh seorang da’i .
g. Sifat semangat
Semangat berjuang harus dimiliki oleh da’i, sebab dengan sifat ini orang akan trerhindar dari rasa putus asa, kecewa, dan sebagainya.
h. Sabar dan tawakal
Dalam melaksanakan dakwah mengalami beberapa hambatan dan cobaan hendaklah sabar dan tawakan kepada Allah.
i. Memiliki jiwa toleran
Dimana tempat da’i dapat mengadaptasikan dirinya dalam artian posisi.
j. Sifat terbuka
Apabila ada kritik dan sara hendaknya diterima dengan gembira, mengalami kesulitan yang sanggup memusyawarahkan dan tidak berpegang tangan kepada idenya sendiri.
k. Tidak memiliki penyakit hati
Sombong, dengki, ujub, dan iri haruslah disingkirkan dalam hati sanubari yang hendak berdakwah.

2.2.2 Sikap Seorang Da’i
a. Berakhlak mulia
Berbudi pekerti yang baik (akhlaqul karimah) sangat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang da’i . Bahkan prof. DR. hamka pernah mengatakan bahwa “alat dakwah yang sangat utama ialah akhlak”.
b. Hing ngarsa asung tuladha, hing madya mangun karsa, tutwuri handayani.
Pendapat Ki Hajar Dewantoro Bapak Pendidikan Indonesia itu harus pula dimiliki seorang da’i. Hing ngarsa asung tuladha; artinya seorang Da’i yang merupakan orang terkemuka di tengah-tengah masyarakat haruslah dapat menjadi tauladan yang baik bagi masyarakat. Hing madya mangun karsa; artinya bila di tengah-tengah massa, hendaknya dapat memberikan semangat, agar mereka senantiasa mengerjakan, mengikuti segala ajakannya. Selanjutnya tutwuri handayani; artinya bila bertempat di belakang, mengikutinya, dengan memberi bimbingan-bimbingan agar lebih meningkatkan amalannya.
c. Disiplin dan bijakasana
Disiplin dalam artian luas sangat diperlukan oleh seorang da’i dalam mengemban tugasnya sebagai da’i. Begitupun bijaksana dalam menjalankan tugasnya sangat berperan di dalam mencapai keberhasilan dakwah.
d. Wira’i dan berwibawa
Sikap yang wira’I menjauhkan perbuatan-perbuatan yang kurang berguna dan mengindahkan amal shaleh, salah satu hal yang dapat menimbulkan kewibawaan seorang da’i. sebab kewibawaan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang akan percaya menerima ajakannya.
e. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan hal penting yang harus dimiliki seorang da’i, tanggung jawab disini maksudnya pesan yang disampaikan da’i tersbut dapat di uji kebenarannya.


f. Berpandangan luas
Seorang da’i dalam menentukan starategi dakwahnya sangat memerlukan pandangan yang jauh, tidak fanatik terhadap satu golongan saja dan waspada dalam menjalankan tugasnya.
g. Berpengetahuan Yang Cukup.
Beberapa pengetahuan, kecakapan, keterampilan tentang dakwah sangat menentukan corak strategi dakwah. Seorang da’i dalam kepribadiannya harus pula dilengkapi dengan ilmu pengetahuan, agar pekerjaannya mencapai hasil yang efektif dan efisien.
2.2.3 Syarat-syarat Seorang Da’I
Tidaklah mungkin pelaksanaan kewajiban berdakwah ini terlaksana dengan sempurna artinya berdakwah untuk mencapai sasarannya secara efektif dan efisien tanpa memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai seorang da’i yang baik plus sebagai muslim yang baik pula, nah kali ini sampailah kita kepada pembahasan tentang syarat-syarat seorang da’i yang ideal, bagaimana toh syarat-syarat seorang da’i yang ideal itu?, diantaranya sebagai berikut:
a.Syarat yang bersifat akidah
Selain seorang da’i harus beriman dan bertaqwa kepada Allah, para da’i diharuskan yakin bahwa agama Islam dengan segenap ajaran-ajarannya itu adalah benar, maka mereka harus beriman terlebih dahulu dengan iman yang mantap sebelum mereka mengajak orang untuk ikut beriman, hal tersebut sesuai dengan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 385 yang artinya Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya dan demikian pula orang-orang mukmin.

Selain itu seorang da’i yang hendak mengajak masyarakatnya untuk menuju jalan agama yang benar hendaknya ia benar-benar meyakini kebenaran agama yang dipeluknya baik dengan melewati cara bersikap, berperilaku dan ucapan-ucapan yang selaras dengan ajaran-ajaran agama Islam, sebab ucapan-ucapannya benar-benar keluar dari hati nuraninya yang tulus bukan semata-mata manis di mulut saja, maka kalau hanya semata-mata manis di mulut saja, dakwahnya akan sia-sia, dan sebailknya ketika ucapan yang datangnya dari keyeguhan iman yang mantap dari dalam hatinya niscaya akan menembus hati sanubari si pendengar dan pasti menggoda iman seseorang kecuali bagi mereka yang tidak memperoleh hidayah.
b.Syarat yang bersifat ibadah
Merupakan syarat yang harus dilakukan da’i yaitu berkomunikasi dengan Allah artinya melakukan ibadah taqarrub baik yang bersifat wajib maupun sunnat terutama melakukan komunikasi sambungan langsung jarak jauh yaitu melakukan shalat malam (tahajjud) secara terus menerus (intensif).
Bagi atau calon seorang da’i yang ideal selayaknya semua gerak geriknya dikaitkan dengan ibadah kepada Allah, sehingga mereka selalu berada dalam lindungannya dan hatinya tenang dan percaya diri tidak cepat berkeluh kesah maupun berputus asa.
c. Syarat yang bersifat akhlaqul karimah
Akhlaqul karimah, adalah merupakan syarat bagi da’i di mana para da’i dituntut untuk membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran baik yang bersifat amoral, sifat hasud misalnya, takabbur, dusta, khianat, bakhil dan lainnya serta mengisi hatinya dengan sifat-sifat yang terpuji, sifat sabar misalnya, sukur, jujur, berkata benar, setia pada janji, dermawan dan lain-lainnya.
d. Syarat yang bersifat ilmiah
Untuk menjadi seorang da’i yang ideal maka diharuskan mempunyai kemampuan ilmiah yang luas dan mendalam, terutama yang menyangkut materi dakwah yang hendak disampaikan kepada khalayak ramai, sebab para da’i yang menjadi pewaris perjuangan Rasul pasti menjadi tempat bertanya anggota masyarakat.
e. Syarat yang bersifat jasmani
Barangkali seharusnya kita tahu bahwa syarat untuk menjadi seorang da’i harus mempunya kondisi fisik yang baik dan sehat, sebab bagaimanapun kondisi fisik pada seseorang itu mempengaruhi kondisi jiwa dan pikirannya.
Lepas dari itu, kita membayangkan dan mungkin kita akan tertawa, bagaimana mungkin seorang da’i misalnya yang mempunyai penyakit syaraf, sehingga keadaan mukanya nampak musam dan merengggut, tentu orang yang melihatnya tidak akan menaruh simpati dan selain itu pikirannya pasti tidak normal, artinya tidak senormal ketika ia tidak diserang penyakit syaraf tersebut.
Maka sebaliknya, bilamana seorang da’i itu jika kondisi fisiknya baik dan sehat dan nampak berseri-seri, niscaya orang yang melihatnya akan tertarik dan ia akan berpikir secara sehat pula, dikatakan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 247 mengapa Allah menganugerahkan selain kemampuan ilmiah juga menganugerahkan kemampuan jasmani kepada nabi thalut ketika beliau diberi amanat unutk memimpin kaumnya ”bahwa sesungguhnya Allah telah memilih (thalut) untuk menjadi pemimpin atasmu dan dia (Allah) telah menambahkan kepadanya kemampuan ilmu dan jasmani”.
f. Syarat yang bersifat kelancaran berdakwah
Sebagai da’i yang lebih banyak menggunakan bahasa kata-kata untuk menyampaikan pesannya tentang kebenaran islam dan ajaran-ajarannya, sebaiknya apabila da’i mempunyai kemampuan berbicara yang lancar dan fasih sesuai dengan aturan logika yang cepat diterima akal dan menyentuh perasaan para pendengarnya. Sebagaimana dijelaskan dalam kisah Nabi Musa as bahwa Allah berfirman yang artinya:“ Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan perkataanku. Sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakan”. (Q.S. Al-Qashash,28:34)
Jadi dengan kemampuan berbicara yang fasih dan lancar diharapkan dapat menyentuh pikiran dan perasaan pendengar, sehingga mereka dapat menerimanya.
g. Syarat yang bersifat mujahadah.
Da’i hendaknya mempunyai semangat berdidikasi kepada masyarakatnya dijalan Allah dan semangat berjuang untuk menegakkan kebenaran. Tanpa semangat, para da’i dalam berdakwah tidak akan sepenuh hati, sehingga hasilnya tidak sebaik yang diinginkan. Tetapi bagi para da’i yang mempunyai semangat yang tinggi, maka Tuhan telah menjaminnya; bahwa mereka akan mendapat jalan menuju sukses.
Sesuai dengan firman Allah SWT, yang artinya:
” Dan orang-orang yang berjihad didalam (jalan) Kami, niscaya Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S. Al-Ankabut,29:69).
2.3 Pesan Dakwah
Berbicara soal penyampaian pesan, apapun media yang dipakai, unsur kredibilitas mememainkan peran yang sangat penting. Bahkan keberadaan kredibilitas sangat vital. Karena, tanpa kredibilitas, sebuah media massa misalnya, tidak mungkin dipandang, dipercaya dan diperhitungkan orang. Itulah harga sebuah kredibilitas yang harus menjadi ultimate goal sebuah media.
Pesan dakwah ini dalam al-Qur’an diungkapkan beraneka ragam yang menunjukan fungsi kandungan ajaran-Nya, melalui penyampaian pesan-pesan Islam, manusia akan dibebaskan dari segala macam bentuk kekufuran dan kemusrikan. Inti agama Islam yang telah disepakati oleh para ulama, sarjana, dan pemeluknya sendiri adalah tauhid Sehingga sering dikatakan bahwa agama Islam adalah agama tauhid. Dan yang membedakan Islam dengan agama lainnya adalah monoteisme atau tauhid yang murni, yang tidak dapat dicampuri segala bentuk syirik. Dan inilah yang melebihkan agama Islam diatas agama lain.
Sumber utama ajaran Islam sebagai pesan dakwah adalah al-Qur’an itu sendiri, yang memiliki maksud spesifik. Paling tidak terdapat sepuluh maksud pesan al-Qur’an sebagai sumber utama Islam adalah :
a. Menjelaskan hakikat tiga rukun Islam, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan, yang telah didakwahkan oleh Rosul
b. Menyempurnakan aspek psikologis manusia secara individu, kelompok dan masyarakat.
c. Menjelaskan sesuatu yang belum diketahui manusia tentang hakikat kenabian, risalah, dan tugas para Rosul.
d. Mereformasi kehidupan sosial kemasyarakatan dan sosial politik diatas dasar kesatuan nilai kedamaian dan keselamatan dalam agama.
e. Mengkokohkan keistimewaan universalitas ajaran Islam dalam pembentukan kepribadian melalui kewajiban dan larangan.
f. Menjelaskan hukum Islam tentang kehidupan politik negara.
g. Membimbing penggunaan urusan harta.
h. Meroformasi sistem peperangan guna mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan manusia dan mencegah dehumanisasi.
i. Menjamin dan memberikan kedudukan yang layak bagi hak-hak kemanusiaan wanita dalam beragama dan berbudaya.
j. Membebaskan perbudakan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Da’i sebagai komunikator agar tujuannya tercapai dengan baik selain mempunyai kredibilitas tinggi juga harus berintegritas yang tinggi pula, integritas di sini dimaksudkan pintar, terampil, jujur, memiliki disiplin pribadi, tahu kemampuan dan batas kemampuan pribadi atas dirinya, dari sana berarti seorang da’i yang ingin memiliki kredibilitas dan integritas yang tinggi harus berupaya membentuk dirinya dengan sungguh-sungguh, maka ia akan berhasil dalam tugasnya melaksanakan dakwah jika padanya dibekali syarat-syarat.
Uraian-uraian diatas memberikan kita kejelasan bahwa dalam melaksanakan atau mengemban tugas yang mulia ini tidaklah semudah yang kita bayangkan agar dakwah secara maksimal tercapai.
3.2 Saran
Suatu kali, Dwight Eisenhower berkata: "Untuk menjadi pemimpin, seseorang harus memiliki pengikut. Agar memiliki pengikut, ia harus memiliki rasa percaya diri. Sebab itu, tak diragukan lagi, kualitas utama dari seorang pemimpin, adalah
integritas.Tanpanya, tak akan ada keberhasilan yang sejati, baik dalam kelompok masyarakat, di lapangan sepakbola, ketentaraan, ataupun kantor. Bila rekan-rekan kerja mendapati pemimpinnya berpura-pura atau tidak jujur, pemimpin itu akan jatuh.
Perkataannya haruslah sesuai dengan tindakannya. Karena itulah, yang paling diperlukan seorang pemimpin adalah integritas dan tujuan yang tinggi."
Apakah kita dapat dipercaya? Apakah orang lain percaya pada
kepemimpinan kita? Agar dapat memberi dampak terhadap kehidupan
orang lain, kita harus menjadi pemimpin yang memiliki kredibilitas. Sama halnya dengan da’i, ia pun harus memiliki kredibilitas karena da’i adalah pemimpin bagi umat islam.
DAFTAR PUSTAKA
 Asep & Agus, Metode Pengembangan Dakwah, Pustaka Setia: Bandung : 2002
 Asmuni, Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al-Ikhlas : Surabaya : 1983
 Agus, Ahmad, Syafe’I, Memimpin dengan Hati yang Selsai, Pustaka Setia : Bandung: 2003
 Rajasa, Sutan, Kamus Ilmiah Populer, Karya Utama, Surabaya: 2002
 Rakhmat, Djalaludin, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya : Bandung : 2008
 Saefullah, Ujang, Kapita Selekta komunikasi, Simbiosa : Bandung : 2007
 http://www.gkj-sarimulyo.110mb.com/arsip_file/kredibilitas_
 www.pertamina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=
 http://one.indoskripsi.com/click/8130/0one.indoskripsi.com

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak penghujung 60-an, dikalangan ilmu komunikasi telah berkembang suatu spesialisasi mengenai penerapan teori dan konsep komunikasi secara khusus untuk keperluan pelaksanaan program pembangunan. Pengkhususan itu kemudian dikenal dengan sebutan komunikasi pembangunan.
Pada mulanya langkah konkrit pengkhususan itu diprakarsai oleh kalangan jurnalis. Adapun niat yang mendorong para pelopornya ketika itu adalah keinginan untuk melaksanakan kebijakan pemberitaan yang mendukung peliputan pembangunan.
Pembangunan sebagai suatu kegiatan nyata dan berencana, menjadi menonjol sejak selesainya Perang Dunia II. Dengan merdekanya bangsa-bangsa yang tadinya berada di bawah jajahan Negara colonial, maka sejak saat itu pulalah mereka mulai berkesempatan ntuk membenahi nasib masing-masing, dalam arti membangun negar dan kehidupan rakyatnya.
Dalam pandangan Barat, pembangunan seperti yang diartikan secara umum sekarang ini, bermula atau dipengaruhi oleh program pemerinrahan Amerika Serikat yang dicetuskan oleh Presiden Harry S. Truman pada Januari 1949. butir keempat dalam pidatonya ketiaka itu, mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan melaksanakan suatu program baru yang tangguh berupa bantuan teknik dan keuangan bagi Negara-negara miskin di dunia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan keterangan dari latar belakang di uraikan di atas, untuk merumuskan masalah, penulis dapat merumuskannya sebagai berikut:
a. Apa komunikasi pembangunan itu?
b. Apa peran komunikasi pembangunan itu?
c. Bagaiamana strategi atau usahanya supaya komunikasi pembangunan itu berhasil?
d. Komunikasi pembangunan dalam penerapannya?
C. Tujuan Masalah
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana Komunikasi Pembangunan.
b. Untuk mengetahui bagaimana Peran Komunikasi Pembangunan.
c. Untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi pembangunan.
d. Untuk mengetahui bagaimana penerapan komunikasi pembangunan.


BAB II
PEMBAHASAN

A. KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Komunikasi pembangunan berasal dari dua kata, komunikasi dan pembangunan.
a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi berdasarkan paradigma Lasswell adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mungubah perilaku orang lain. Sedangkan menurut Edwin Neumann mendefinisikan komunikasi sebagai proses untuk mengubah kelompok manusia menjadi berfungsi.
b. Pengertian Pembangunan
Pembangunan yaitu modernisasi, perubahan social, industrialisasi, westernisasi, pertumbuhan (growth), dan evolsi social-kultural. Sedangkan Rogers mengartikan pembangunan sebagai proses-proses yang terjadi pada level atau tingkat system social.
c. Pengertian Komunikasi dan Pembangunan
Maka komunikasi pembangunan menurut Peterson dapat diartikan sebagai saha yang terorganisir untuk menggnakan proses komunikasi dan media dalam meningkatkan taraf social dan ekonomi, yang secara umum berlangsung dalam Negara sedang berkembang.
Komunikasi pembangunan adalah proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat” (Effendy, 2005: 92).
Dalam arti luas komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktifitas pertukaran pesan secara timbal balik diantara masyarakat dan pemerintah, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan.
Dalam arti sempit komnikasi pembangunan adalah segala upaya, cara dan teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan kepada masyarakat yang menjadi sasaran, agar dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan.
B. PERAN KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Dari sekian banyak ulasan para ahli mengenai peran komunikasi pembangunan, Hedebro dalam (Nasution, 2004:102-103) mendaftar 12 peran yang dapat dilakukan komunikasi dalam pembangunan, yakni:
1. Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan membujukkan nilai-nilai, sikap mental, dan bentuk perilaku yang menunjang modernisasi.
2. Komunikasi dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan baru, mulai dari baca-tulis ke pertanian, hingga ke keberhasilan lingkungan, hingga reparasi mobil (Schramm,1967).
3. Media massa dapat bertindak sebagai pengganda sumber-sumber daya pengetahuan.
4. Media massa dapat mengantarkan pengalaman-pengalaman yang seolah-olah dialami sendiri, sehingga mengurangi biaya psikis dan ekonomis untuk menciptakan kepribadian yang mobile.
5. Komunikasi dapat meningkatkan aspirasi yang merupakan perangsang untuk bertindak nyata.
6. Komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan norma-norma baru dan keharmonisan dari masa transisi (Rao,1966).
7. Komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di tengah kehidupan masyarakat.
8. Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat yang bercirikan tradisional, dengan membawa pengetahuan kepada massa. Mereka yang beroleh informasi akan menjadi orang yang berarti, dan para pemimpin tradisional akan tertantang oleh kenyataan bahwa ada orang-orang lain yang juga mempunyai kelebihan dalam hal memiliki informasi.
9. Komunikasi dapat menciptakan rasa kebangsaan sebagai sesuatu yang mengatasi kesetiaan-kesetiaan lokal.
10. Komunikasi dapat membantu mayoritas populasi menyadari pentingnya arti mereka sebagai warga negara, sehingga dapat membantu meningkatkan aktivitas politik (Rao, 1966)
11. Komunikasi memudahkan perencanaan dan implementasi program-program pembangunan yang berkaitan dengan kebutuhan penduduk
12. Komunikasi dapat membuat pembangunan ekonomi, sosial, dan politik menjadi suatu proses yang berlangsung sendiri (self-perpetuating).
C. STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Agar komunikasi pembangunan lebih berhasil mencapai sasarannya, serta dapat menghindarkan kemungkinan efek-efek yang tidak diinginkan. Kesenjangan efek ditimbulkan oleh kekeliruan cara-cara komunikasi, hal ini bisa diperkecil bila memakai strategi komunikasi pembangunan yang dirumuskan sedemikian rupa, yang mencakup prinsip-prinsip berikut:
a. Pengunaan pesan yang dirancang secara khusus (tailored message) untuk khalayak yang spesifik.
b. Pendekatan “ceiling effect” yaitu dengan mengkomunikasikan pesan-pesan yang bagi golongan yang dituju (katakanlah golongan atas) merupakan redudansi (tidak lagi begitu berguna karena sudah dilampaui mereka atau kecil manfaatnya, namun tetap berfaedah bagi golongan khalayak yang hendak dicapai.
c. Penggunaan pendekatan “narrow casting” atau melokalisir penyampaian pesan bagi kepentingan khalayak .
d. Pemanfaatan saluran tradisional, yaitu berbagai bentuk pertunjukkan rakyat yang sejak lama berfungsi sebagai saluran pesan yang akrab dengan masyarakat setempat.
e. Pengenalan para pemimpin opini di kalangan lapisan masyarakat yang berkekurangan (disadvantage), dan meminta bantuan mereka untuk menolong mengkomunikasikan pesan-pesan pembangunan.
f. Mengaktifkan keikutsertaan agen-agen perubahan yang berasal dari kalangan masyarakat sendiri sebagai petugas lembaga pembangunan yang beroperasi di kalangan rekan sejawat mereka sendiri.
g. Diciptakan dan dibina cara-cara atau mekanisme keikutsertaan khalayak (sebagai pelaku-pelaku pembangunan itu sendiri) dalam proses pembangunan, yaitu sejak tahap perencanaan sampai evaluasinya (Nasution, 2004:163-164).
Menurut AED (1985), ada empat strategi komunikasi pembangunan yang telah digunakan selama ini, yaitu :
a. Strategi Berdasarkan Media
Strategi ini memang merupakan teknik yang paling mudah, paling popular dan tentunya yang paling kurang efektif.
b. Strategi Disain Instruksional
Para disainer intruksional merupakan orang-orang yang berorientasi rencana dan system. Mereka pertama-tama melakukan identifikasi mengenai :
 Tujuan yang hendak dicapai
 Kriteria keberhasilan
 Partisipasi
 Sumber-sumber
 Pendekatan yang digunakan, dan
 Waktu.
c. Strategi Partisipasi
Yang dipentingkan dalam strategi ini bukan pada berapa banyak informasi yang dipelajari seseorang melalui program komunikasi pembangunan, tapi lebih kepada pengalaman keikutsertaan sebagai seseorang yang sederajat dalam proses berbagi pengetahuan atau keterampilan.
d. Strategi Pemasaran
Strategi ini tumbuh sebagai suatu strategi komunikasi yang sifatnya paling langsung dan terasa biasa. “Kalau anda dapat ,menjual pasta gigi, mengapa tidak dapat menjual kesehatan, pertanian dan keluarga berencana?”. Itulah prinsip social marketing yang menjadi pegangan strategi ini.
Sekarang ini sedang tumbuh suatu bibit unggul strategi komunikasi yang prinsip-prinsip organisasinya yang fundamental terdiri dari tiga unsur, yakni :
a. Suatu orientasi kepada khalayak
b. Lapangan yang menjadi sasaran perubahan
Prinsip dasar kedua yang mengubah pandangan kita mengenai komnikasi adalah suatu focus (content) pesan-pesan pembangunan menargetkan lapangan kesempatan ketimbang menggunakan pendekatan sekali tembak untuk difsi informasi.
Kita tahu bahwa ntk membat suatu perilak baru menjadi rutin, orang harus melakukannya berkali-kali, untuk memperoleh dukungan dari beberapa tempat, dan mendapatkan sokongan (sokongan) sedekat mungkin dengan perilaku yang baru.
c. Suatu jaringan media terpadu
Beberapa prinsip umum mengenai potensi media dewasa, yakni :
 Media penyiaran lebih baik dalam menjangkau khalayak berjumlah besar, dalam waktu cepat dengan ide-ide yang rada sederhana.
 Media cetak paling baik dalam emberikan informasi peringatan yang tepat waktu yang tidak dapat diharapkan untuk diingat sendiri oleh khalayak.
 Komunikasi antarpribad, termasuk penyuluhan, pertemuan kelompok, organisasi masyarakat, pertunjukan, merupakan cara terbaik untuk mengajar, membina penerimaan khalayak, dan menanamkan perubahan perilaku.
Yang lebih penting lagi adalah, bahwa ketiga hal di atas dibutuhkan untuk membuat suatu program menjadi efektif. Kita perlu menjangkau khalayak dengan cepat, dan mereka memerlukan sejumlah ingatan tentang apa yang telah diberitahukan, dan mereka perlu mempercayai kita agar dapat mengikuti petunjuk yang diberikan. Komunikasio yang efektif merupakan bangku berkaki tiga. Jika salah satu kakinya tiada, maka anda tidak punya banyak tempat untuk duduk.
Strategi Baru Komunikasi Pembangunan
1. Komunikasi dan Pengembangan Kapasitas Diri
Rogers memberikan jalan keluar permasalahan pembangunan di negara-negara Dunia Ketiga. Rogers menyarankan ide pembangunan semestimya di mulai dari dalam diri masyarakat dalam rangka membangun kapasitas dirinya. Kesadaran inilah yang akan menuntut pada perubahan yang lebih luas. Unsure utama model pengembangan kapasitas atau pembangunan diri dalam strategi komunikasi adalah partisifasi, sosialisasi, mobilisasi, kerjasama dan tanggung jawab di antara individu kelompok dalam perencanaan pembangunan. Pada batas ini, upaya pengembangan kapasitas (diri) dimaksudkan untukmemberikan pencerahan, penguatan dan pemberdayaan masyarakat dalam menggali, mengngembangkan dan meningkatkan potensi dan kemampuan mereka.
Peran utama komunikasi dalam upaya pembangunan diri sebagai berikut :
a) Menyediakan informasi teknis tentang berbagai masalah dan kemungkinan pembangunan, serta berbagai inovasi yang tepat untuk menjawab berbagai permintaan local.
b) Menyebarkan informasi tentang pencapaian-pencapaian pembangunan diri dari kelompok-kelompok local sehingga kelompok lain dapat memperoleh keuntung dari pengalaman kelompok lainnya dan dapat memperoleh keuntungan dari pengalaman kelompok lainnya dan dapat menjadi motivasi untuk meraih pencapaian serupa.
2. Memanfaatkan Media Rakyat (Folk Media) dalam Pembangunan
Dissanayake (1984) mendefinisikan media rakyat sebagai sebuah system komunikasi yang melekat dalam kebudayaan yang telah eksis sebelum media massa muncul, dan masih eksis sebagai mode komunikasi yang vital di berbagi belahan dunia, menyajikan sebuah tingkat kelancaran tertentu, meski berubah-ubah.
Penggunaan media rakyat sebagai media alterntif yang relevan bagi pembangunandidasarkan pada beberapa alasan, diantaranya :
a) Minimnya pengetahuan dan keterampilan
b) Status social ekonomi yang rendah
c) Kemampuan baca tulis yang kurang
d) Mayoritas masyarakat pedesaan irrasional.
Tujuan penggunaan media rakyat (tradisional)
a) Membangun hubungan kedekatan, pengikat/perekat transaksi social
b) Pengakan/penghargaan identitas diri dan eksistensi budaya
c) Penyeimbang dominasi media modern
d) Menghilangkan pembatas system tradisional dan modern.
Media rakyat mempunyai banyak ragam bentuk : teater rakyat, pewayangan, penceritaan/kisah-kisah, balada dan lawakan.
3. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Media Rakyat
a) Isu krusial yang ada adalah menyisipkan pesan-pesan yang berorientasi pembangunan pada isi sebuah media rakyat
Dalam buku Basic Data, Ranganath (1980) menyarankan bahwa karakter-karakter yang mengikuti setiap bentuk media rakyat harus didasarkan pada kategori berikut :
 Bentuk (audio, visual, adiovisual)
 Isi tematis
 Fleksibilitas dalam mengakomodasi pesan-pesan pembangunan
 Konteks kebudayaan
b) Isu krusial yang berkaitan dengan integrasi antara media rakyat dan media massa.
4. Menyempitkan Jurang Pemisah Melalui Redudansi
Jurang pemisah dapat disempitkan jika menggunakan strategi-strategi komunikasi yang tepat dalam aktivitas-aktivitas difusi (Shingi dan Mody, 976 : 97), yakni :
a) Para petani lainnya (masyarakat umumnya) yang berpengetahuan rendah dan dikategorikan terbelakang dalam akses informasi, selayaknya menyimak pertunjukan di televise dan diberi akses untuk memperoleh satu set penerima (pesawat televisi)
b) Isi pesan selayaknya sederhana dan mudah dimengerti oleh para audiens non-elit
c) Daya tarik dan penyajian dari informasi selayaknya disesuaikan dengan kondisi para audiens
5. Menanggulangi Bias Pro-Literacy
Bias Pro-Literacy muncul akibat kekeliruan penafsiran sumber komunikasi yang memposisikan para audiensnya sebagai seseorang yang memiliki keahlian utama dan pendukung terhadap pesan yang disampaikan. Bahkan tidak jarang, saluran-saluran komunikasi yang ada menganggap para audiens memiliki pengetahuan dan pendidikan yang memadai dalam menerima suatu inovasi. Suatu ragam, ide gagasan atau inovasi pembangunan tidak akan mengalami kesuksesan bila mengabaikan hal ini.
Strategi efektif untuk menanggulangi para audiens illiterate, yaitu dengan mengkomunikasikan melalui pendidikan formal dan informal. Strategi tersebut diterapkan dengan memadukan ide pembangunan dan inovasi mereka sendiri sesuai level pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki diterapkan pada kaum miskin, pedesaan dan perkotaan (Melkote, 1984).
6. Memaksimalkan Peran Komunikator sebagai Agen Pembangunan
Seorang agen (komunikator) mamp melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku sasarannya (komuikan) apabila dalam dirinya terdapat factor-faktor kredibilitas dan daya tarik. Rogers (1983) mengatakan kredibilitas adalah tingkat dimana komnikator dipersepsi sebagai suatu kepercayaan dan kemampuan oleh penerima, hovland (daalam Krech, 1982) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh komunikaator yang berkredibilitas tinggi akan lebih banyak memberi pengaruh kepada perubahan sikap dalam penerimaan pesan dari pada disampaikan oleh komunikator yang berkredibilitas rendah.
Menurut Rakhmat (1999), dalam berkomunikasi yang berpengaruh terhadap komunikan bukan hanya apa yang disampaikan, melainkan juga keadaan komunikator secara keseluruhan. Jadi, ketika komunikator menyampaikan suatu pesan, komuniklan tidak hanya mendengar pesan tersebut, tetapi ia juga memperhatikan siapa yang menyampaikan.
7. Menyusun Pesan Beroriaentasi Kepada Audiens
Di sini para audiens diajak berkomunikasi dengan menggunakan symbol, tanda atau bahasa yang difahami bersama dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan mereka sebagai penerima pesan. Untuk masyarakat perkotaan yang umumnya sudah memiliki banyak media, penyajian pesan harus disampaikan sedemikian rupa disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kebutuhan. Dan sebaliknya bagi masyarakat yang sosialnya lebih rendah harus disesuaikan pula dengan pendidikan dan kebutuhannya.
8. Memanfaatkan Jasa Teknologi Komunikasi
Tak dapat disangkal, pengaruh teknologi telah menyebabkan berbagi macam jenis dan bentuik perubahan dalam masyarakat. Pemanfaatan jasa teknologi komunikasi pada perubahan social sangat membantu kegiatan komunikasi pembangunan. Kini teknologi komunikasi digunakan dan diterapkan secara serius pada kegiatan-kegiatan pembangunan. Yang termasuk teknologi komunikasi diantaranya : penyiaran televise, perekam video-kaset, computer, komunikasi satelit, telepon, tele-konferensi, audio-konferensi, dan internet.
D. KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DALAM PENERAPANNYA
Di lapangan pertanian, penerapan komunikasi pembangunan sudah sejak lamadilaksanakan. Bahkan dapat dikatakan bahwa penerapan yang mul-mula sekali adalah justru dilapangan ini, sekalipun pada masa itu belm dikenal istilah “komunikasi pembangunan”. Dalam praktek, kegiatan penyuluhan sudah ada sejak dulu.
Proyek Masagana 99
Proyek ini diresmikan Presiden Filifina Marcos pada Mei 1973, melalui suatu acara televisi secara nasional. Tujuan proyek ini adalah meningkatkan produksi beras, dengan memberikan kredit, pinjaman, sarana pertanian, dan informasi mutakhir mengenai konsep dan praktek pertanian. Di sebut juga sebagai “program survival”, karena Filifina ketika itu baru saja mengalami banjir di beberapa wilayah negaranya, dan kekeringan nasional pada 1972/73. karena itu Marcos menghimbau segenap bangsanya untuk bekerja sama mensukseskan rencana peningkatanproduksi beras yang pada saat itu dipandang sebagai suatu penanggulangan terhadap ancaman ekonomi nasional yang antara lain ditandai oleh kekurangan beras yang diperkirakan mencapai 700.000 ton per tahun
Khalayak sasaran proyek ini adalah para petani padi di 59 provinsi yang ada, dengan jumlah kurang lebih 900.00 orang. Perintisan proyek dilaksanakan pada 1971-1973, kemudian dilaksanakan sejak tahun itu hingga sekarang.
Sponsor proyek ini adalah Dewan Makanan dan Pertanian Nasional Filifina, yang termasuk bank. Ikut juga mensponsori, USAID dan IRRI.
Dilihat dari jumlah petani yang dilibatkan, tingkat kesertaan pemerintahan dan swasta, las geografis, penggunaan media massa, pengandalan para penyuluh pertanian yang terlatih, penyebaran teknologi pertanian yang baru, maka proyek ini merupakan yang terbesar dan paling menyeluruh dalam sejarah Filifina.
Proyek Msagana 99 mempunyai sebelas komponen yang terdiri dari :
1) Paket teknologi yang didasarkan pada penelitian
2) Suatu program produksi dan distribusi bibit
3) Suatu system aloksi dan distribusi pupuk
4) Sutau program kampanye yang ditujukan untuk mengendalikan hama tanaman dan serangga
5) Suatu program kredit
6) Suatu program pendistribusin pompa irigasi ataupun perbaikan system pengairan yang ada
7) Peningkatan jumlah dan jangkauan penyuluhn pertanian keliling
8) Suatu kampanye media massa untuk menyebarkan informasi dan mendidik masyarkat mengenai konsep-konsep dan praktek-praktek pertanian
9) Suatu system dukngan harga yang dikaitkan dengan pembelian dan penyimpanan hasil produksi
10) Sistem administrasi dan lintas sektoral yang difokskan pada wilayah sasaran yang dirumuskan dengan teliti, dan
11) Suatu nit manajemen yang bertugas untuk perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring keseluruhan program.
Dalam proyek ini, radio merpakan media utama, karena menurut hasil penelitian radio menjangkau 85 % poplasi petani, setiap 3 dari 4 rumah tangga petani di Negara itu memiliki radio transistor. Untuk proyek ini lebih dari 224 stasiun radio menyiarkan petunjuk, jingle (lagu singkat seperti iklan), dan skit (lakon pendek yang lucu) mengenai pertanian, sepuluh kali sehari. Disamping itu 125 stasiun radio menyelenggarakan lebih dari 50 program pertanian dalam acara-acara siarannya.
Sebagai media penunjang yang utama adalah komik intruksional, brosur dan bulletin dlam 8 dialek bahasa daerah yang utama, surat kabar, dan poster-poster promosi bersifat instruksional. Peranan TV terbatas terutama pada peliputan pembukaan proyek, dan aktivitas tertentu di lapangan.
Pada 1977,proyek ini memberi penekanan pada pelaksanaan peningkatan hasil termasuk peningkatan hasil jumlah keluargapetani yang berpartisipasi. Sejak itu proyek ini dikenal sebagai “Masagana 99+10”.
Hasil dari Proyek Masagana
Terlepas dari problem transportasi, cuaca, hambatan, distribusi, dan penularan hama, hasil padi diwilyah Masagana 99 telah meningkatkan secara dramatis. Pada 1973-1974 produksi padi di wilayah proyek meningkat 28 %, kemudian pada 1975 sebesar 29 %, dan pada 1976 meningkat 38 %.
Sebagai contoh hasil yang dicapai diwilayah proyek pada 1974/75 adalah 3,3 ton per hektar, sedang di wilayah non proyek adalah 0,77 ton per hektar.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Intinya pembangunan hanya memiliki satu tujuan yaitu melakukan suatu perubahan “positif”. Bagaimana supaya tujuan itu tercapai atau berhasil maka kita harus menggunakan strategi-strategi yang pada intinya strategi itu adalah meliputi :
Perencanaan-komunikator-pesan-media-komunikan-efek-respon-evaluasi.

B. Saran
Semoga dengan adanya komunikasi pembangunan ini bias lebih maju. Komunikasi pembangunan dapat menjalankan peranannya dengan baik, demi berjalannya stabilitas dalam ruang lingkup komunikasi.



DAFTAR PUSTAKA

 Dilla, Sumadi, Komunikasi Pembangunan, Simbiosa rekatama media, Bandung : 2007.
 Nasution, Zulkarimein, Komunikasi Pembangunan, Raja Grafindo Persada, Jakarta : 1987.
 Saefullah, Ujang, Kapita Selekta Komunikasi, Simbiosa Rekatama Media, Bandung : 2007
 Uchajana, Effendy, Onong, Ilmu Komunikasi teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung : 1984