Selasa, 12 Mei 2009

dasar-dasar ilmu dakwah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dakwah telah kita ketahui artinya mengajak, menyeru umat untuk ke jalan kebenaran beramal melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya agar menjadi masyarakat yang madani.
Kegiatan dakwah merupakan kewajiban untuk semua umat muslim di dunia. Kegiatan berdakwah tidak hanya dilakukan melalui ceramah saja. Tapi banyak cara untuk melakukan dakwah, bahkan media elektronik on-line seperti internet sekalipun bisa dijadikan untuk media dakwah bagi kaum muslim sekarang ini. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia dari hari ke hari semakin tidak menentu keadaanya baik itu segi moralitas keagamaan maupun kehidupan sosial, ekonomi atau politik. Jadi sudah sepantasnya masyarakat muslim ini untuk banyak melakukan dakwah baik secara lisan, tulisan, melalui media, dan alat yang menunjang untuk berdakwah lainnya. Sehingga dengan dilakukannya dakwah setidaknya dapat memperbaiki keimanan individu, kelompok ataupun masyarakat pada umumnya.

1.2 Perumusan Masalah
1. Apa pengertian kredibilitas dan citra ?
2. Apa pengertian da’i dan harus bagaimana sikap-sikap yang harus dilakukan seorang da’i ?
3. Apa saja pesan dakwah itu ?

1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian kredibilitas
2. Untuk mengetahui apa itu da’i dan bagaimana sikap-sikap yang harus dilakukan seorang da’i itu
3. Untuk mangetahui bagaimana pesan dakwah itu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kredibilitas dan Citra
Aristoteles pernah menyebutkan tiga cara yang efektif untuk mempengaruhi yaitu, ethos, logos dan pathos. Dengan ethos, kita merujuk kepada kualitas komunikator. Komunikator yang jujur, dapat dipercaya, memiliki pengetahuan yang tinggi, akan sangat efektif untuk mempengaruhi komnikannya. Dengan logos, kita meyakinkan orang lain tentang kebenaran argumentasi kita. Kita mengajak mereka berfikir, menggunakan akal sehat, dan membimbing sikap kritis. Kita tunjukan bahwa kita benar karena secara rasional argumentasi kitaharus diterima. Dengan pathos, kita bujuk komunikan untuk mengikuti pendapat kita. Kita gerakan emosi mereka, kita sentuh keinginan dan kerinduan mereka, kita redakan kegelisahan dan kecemasan mereka.
Meminjam peristilahan dalam ilmu komunikasi, da’i dapat dikategorikan sebagai komunikator yang bertugas menyebarkan dan menyampaikan iniformasi-informasi dari sumber (source) melalui saluran yang sesuai (channel) pada komunikan (receiver), untuk menjadi komunikator yang baik maka da’i dituntut adanya kredibilitas yang tinggi yaitu suatu tingkat kepercayaan yang tinggi dari komunikannya, komunikator atau da’i yang baik adalah dia yang mampu menyampaikan informasi atau pesan (message) kepada komunikan sesuai dengan yang diinginkan.
Kredibilitas adalah alasan yang masuk akal untuk bisa dipercayai.
Seorang yang memiliki kredibilitas berarti dapat dipercayai, dalam arti kita bisa memercayai karakter dan kemampuannya. Sokrates mengatakan, "Kunci utama untuk kejayaan adalah membuat apa yang nampak dari diri kita menjadi kenyataan." Sedangkan citra adalah image, bentuk, rupa ataupun gambaran secara fisik yang menyerupai kenyataan, perwakilan atau representasi secar mental dari sesuatu baik manusia benda atau lembaga yang mengandung kesan tertentu.
Hovland dan Weiss menyebutkan ethos itu credibility yang terdiri dari dua unsure :
1. Expertise (keahlian)
2. trustworthiness (dapat dipercaya)
Nasihat dokter kita ikuti, karena dokter memiliki keahlian. Tetapi omongan pedagang yang memuji barangnya agak sukar kita percaya karena kita meragukan kejujurannya. Di sini, pedagang tidak memiliki trustworthiness
2.2 Pengertian Da’i
Da’i dalam arti masih bersifat umum adalah orang yang mengajak, dalam pengertian ini termasuk didalamnya adalah orang yang mengajak kepada perkara yang tidak baik atau kejelekan. Maka dalam pengertian yang khusus (dalam islam dapat dikatakan) bahwa da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah-laku kearah kondisi yang baik atau lebih baik menurut syari’at islam yaitu Al-Quran dan As-Aunnah, dan dalam pengertian yang khusus tersebut dapat diidentikan dengan orang yang melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar.
Selanjutnya sebagai sebuah ta’bir bahwa seorang da’i adalah sosok pemandu terhadap orang orang yang ingin mendapatkan keselamatan hidup didunia dan diakhirat, dia adalah penunjuk jalan dimana jalan yang harus dilalui dan mana jalan yang tidak boleh dilalui, dalam masyarakat misalnya, seorang da’i menduduki kedudukan yang penting dimana dia adalah dijadikan seorang pemuka atau pelopor yang selalu diteladani oleh masyarakat, dia dijadikan seorang pemimpin ditengah masyarakat walaupun tidak pernah dinobatkan resmi sebagai pemimpin atas dasar pengakuan masyarakat yang tumbuh (pini sepuh-bahasa jawa), maka seorang da’i harus sadar bahwa tingkah-lakunya selalu dijadikan tolok ukur bagi masyarakat.
Setiap orang yang menjalankan aktifitas dakwah, hendaknya memilih kepribadian yang baik sebagai seorang da’i, menurut Prof. DR. Hamka “ jayanya atau suksesnya suatu dakwah memang sangat bergantung kepada pribadi atau pembawa dakwah itu sendiri, yang sekarang lebih populer disebut da’i”. kepribadian disini meliputi kepribadian yang bersifat jasmanai dan rohani meliputi :
2.2.1 Sifat-sifat Seorang Da’i
a. iman dan taqwa kepada Allah
Syarat kepribadian sorang da’i yang terpenting adalah iman dan taqwa kepada Allah. Oleh karena itu didalam membawa misi dakwah diharuskan terlebih dahulu diri-sendiri dapat memerangi hawa nafsunya, sehingga diri pribadi ini lebih taat kepada allah dan Rasulnya dibandingkan dengan sasaran dakwahnya.
b. Tulus ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri pribadi
Niat yang lurus tanpa pamrih duniawiyah belaka, salah satu syarat mutlak ang harus dimiliki seorang da’i. Sebab dakwah adalah pekerjaan yang bersifat ubudiyah atau terkenal dengan hablullah,yakni amal perbuatan yang berhubungan dengan Allah. Sifat ini sangat menentukan keberhasilan dakwah, misalnya ada dalam hati ketika memberikan ceramah dengan adanya ketidak ikhlasan dalam memberikan ceramah.
c. Ramah dan penuh pengertian
Propaganda yang dapat diterima orang lain, apabila yang mempropagandakan berlaku ramah, sopan dan rigan tangan untuk melayani sasarannya, karena keramahan, kesopanan dan keringan-tanganannya insya-Allah akan berhasil dakwahnya.



d. Tawadlu’ (rendah diri)
Rendah diri hati bukan semata-mata merasa dirinya terhina dibandingkan dengan derajat dan martabat orang lain, akan tetapi seorang da’i yang sopan, tidak sombong dan tidak suka menghina dan mencela orang lain.
e. Sederhana dan jujur
Sederhana bukanlah berarti didalam kehidupan sehari-hari selalu ekonomis dalam memenuhi kebutuhannya, akan tetapi sederhana disini tidak bermegah-megahan, angkuh dan sebagainya, sedangkan kejujuran adalah orang yang percaya akan ajakannya dan dapat mengikuti ajakan dirinya.
f. Tidak memiliki sifat egoisme
Ego adalah watak yang menonjolkan akunya, angkuh dalam pergaulan merasa dirinya terhormat, lebih pandai, dan sebagainya. Sifat inilah yang harus dijauhi betul-betul oleh seorang da’i .
g. Sifat semangat
Semangat berjuang harus dimiliki oleh da’i, sebab dengan sifat ini orang akan trerhindar dari rasa putus asa, kecewa, dan sebagainya.
h. Sabar dan tawakal
Dalam melaksanakan dakwah mengalami beberapa hambatan dan cobaan hendaklah sabar dan tawakan kepada Allah.
i. Memiliki jiwa toleran
Dimana tempat da’i dapat mengadaptasikan dirinya dalam artian posisi.
j. Sifat terbuka
Apabila ada kritik dan sara hendaknya diterima dengan gembira, mengalami kesulitan yang sanggup memusyawarahkan dan tidak berpegang tangan kepada idenya sendiri.
k. Tidak memiliki penyakit hati
Sombong, dengki, ujub, dan iri haruslah disingkirkan dalam hati sanubari yang hendak berdakwah.

2.2.2 Sikap Seorang Da’i
a. Berakhlak mulia
Berbudi pekerti yang baik (akhlaqul karimah) sangat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang da’i . Bahkan prof. DR. hamka pernah mengatakan bahwa “alat dakwah yang sangat utama ialah akhlak”.
b. Hing ngarsa asung tuladha, hing madya mangun karsa, tutwuri handayani.
Pendapat Ki Hajar Dewantoro Bapak Pendidikan Indonesia itu harus pula dimiliki seorang da’i. Hing ngarsa asung tuladha; artinya seorang Da’i yang merupakan orang terkemuka di tengah-tengah masyarakat haruslah dapat menjadi tauladan yang baik bagi masyarakat. Hing madya mangun karsa; artinya bila di tengah-tengah massa, hendaknya dapat memberikan semangat, agar mereka senantiasa mengerjakan, mengikuti segala ajakannya. Selanjutnya tutwuri handayani; artinya bila bertempat di belakang, mengikutinya, dengan memberi bimbingan-bimbingan agar lebih meningkatkan amalannya.
c. Disiplin dan bijakasana
Disiplin dalam artian luas sangat diperlukan oleh seorang da’i dalam mengemban tugasnya sebagai da’i. Begitupun bijaksana dalam menjalankan tugasnya sangat berperan di dalam mencapai keberhasilan dakwah.
d. Wira’i dan berwibawa
Sikap yang wira’I menjauhkan perbuatan-perbuatan yang kurang berguna dan mengindahkan amal shaleh, salah satu hal yang dapat menimbulkan kewibawaan seorang da’i. sebab kewibawaan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang akan percaya menerima ajakannya.
e. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan hal penting yang harus dimiliki seorang da’i, tanggung jawab disini maksudnya pesan yang disampaikan da’i tersbut dapat di uji kebenarannya.


f. Berpandangan luas
Seorang da’i dalam menentukan starategi dakwahnya sangat memerlukan pandangan yang jauh, tidak fanatik terhadap satu golongan saja dan waspada dalam menjalankan tugasnya.
g. Berpengetahuan Yang Cukup.
Beberapa pengetahuan, kecakapan, keterampilan tentang dakwah sangat menentukan corak strategi dakwah. Seorang da’i dalam kepribadiannya harus pula dilengkapi dengan ilmu pengetahuan, agar pekerjaannya mencapai hasil yang efektif dan efisien.
2.2.3 Syarat-syarat Seorang Da’I
Tidaklah mungkin pelaksanaan kewajiban berdakwah ini terlaksana dengan sempurna artinya berdakwah untuk mencapai sasarannya secara efektif dan efisien tanpa memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai seorang da’i yang baik plus sebagai muslim yang baik pula, nah kali ini sampailah kita kepada pembahasan tentang syarat-syarat seorang da’i yang ideal, bagaimana toh syarat-syarat seorang da’i yang ideal itu?, diantaranya sebagai berikut:
a.Syarat yang bersifat akidah
Selain seorang da’i harus beriman dan bertaqwa kepada Allah, para da’i diharuskan yakin bahwa agama Islam dengan segenap ajaran-ajarannya itu adalah benar, maka mereka harus beriman terlebih dahulu dengan iman yang mantap sebelum mereka mengajak orang untuk ikut beriman, hal tersebut sesuai dengan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 385 yang artinya Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya dan demikian pula orang-orang mukmin.

Selain itu seorang da’i yang hendak mengajak masyarakatnya untuk menuju jalan agama yang benar hendaknya ia benar-benar meyakini kebenaran agama yang dipeluknya baik dengan melewati cara bersikap, berperilaku dan ucapan-ucapan yang selaras dengan ajaran-ajaran agama Islam, sebab ucapan-ucapannya benar-benar keluar dari hati nuraninya yang tulus bukan semata-mata manis di mulut saja, maka kalau hanya semata-mata manis di mulut saja, dakwahnya akan sia-sia, dan sebailknya ketika ucapan yang datangnya dari keyeguhan iman yang mantap dari dalam hatinya niscaya akan menembus hati sanubari si pendengar dan pasti menggoda iman seseorang kecuali bagi mereka yang tidak memperoleh hidayah.
b.Syarat yang bersifat ibadah
Merupakan syarat yang harus dilakukan da’i yaitu berkomunikasi dengan Allah artinya melakukan ibadah taqarrub baik yang bersifat wajib maupun sunnat terutama melakukan komunikasi sambungan langsung jarak jauh yaitu melakukan shalat malam (tahajjud) secara terus menerus (intensif).
Bagi atau calon seorang da’i yang ideal selayaknya semua gerak geriknya dikaitkan dengan ibadah kepada Allah, sehingga mereka selalu berada dalam lindungannya dan hatinya tenang dan percaya diri tidak cepat berkeluh kesah maupun berputus asa.
c. Syarat yang bersifat akhlaqul karimah
Akhlaqul karimah, adalah merupakan syarat bagi da’i di mana para da’i dituntut untuk membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran baik yang bersifat amoral, sifat hasud misalnya, takabbur, dusta, khianat, bakhil dan lainnya serta mengisi hatinya dengan sifat-sifat yang terpuji, sifat sabar misalnya, sukur, jujur, berkata benar, setia pada janji, dermawan dan lain-lainnya.
d. Syarat yang bersifat ilmiah
Untuk menjadi seorang da’i yang ideal maka diharuskan mempunyai kemampuan ilmiah yang luas dan mendalam, terutama yang menyangkut materi dakwah yang hendak disampaikan kepada khalayak ramai, sebab para da’i yang menjadi pewaris perjuangan Rasul pasti menjadi tempat bertanya anggota masyarakat.
e. Syarat yang bersifat jasmani
Barangkali seharusnya kita tahu bahwa syarat untuk menjadi seorang da’i harus mempunya kondisi fisik yang baik dan sehat, sebab bagaimanapun kondisi fisik pada seseorang itu mempengaruhi kondisi jiwa dan pikirannya.
Lepas dari itu, kita membayangkan dan mungkin kita akan tertawa, bagaimana mungkin seorang da’i misalnya yang mempunyai penyakit syaraf, sehingga keadaan mukanya nampak musam dan merengggut, tentu orang yang melihatnya tidak akan menaruh simpati dan selain itu pikirannya pasti tidak normal, artinya tidak senormal ketika ia tidak diserang penyakit syaraf tersebut.
Maka sebaliknya, bilamana seorang da’i itu jika kondisi fisiknya baik dan sehat dan nampak berseri-seri, niscaya orang yang melihatnya akan tertarik dan ia akan berpikir secara sehat pula, dikatakan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 247 mengapa Allah menganugerahkan selain kemampuan ilmiah juga menganugerahkan kemampuan jasmani kepada nabi thalut ketika beliau diberi amanat unutk memimpin kaumnya ”bahwa sesungguhnya Allah telah memilih (thalut) untuk menjadi pemimpin atasmu dan dia (Allah) telah menambahkan kepadanya kemampuan ilmu dan jasmani”.
f. Syarat yang bersifat kelancaran berdakwah
Sebagai da’i yang lebih banyak menggunakan bahasa kata-kata untuk menyampaikan pesannya tentang kebenaran islam dan ajaran-ajarannya, sebaiknya apabila da’i mempunyai kemampuan berbicara yang lancar dan fasih sesuai dengan aturan logika yang cepat diterima akal dan menyentuh perasaan para pendengarnya. Sebagaimana dijelaskan dalam kisah Nabi Musa as bahwa Allah berfirman yang artinya:“ Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan perkataanku. Sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakan”. (Q.S. Al-Qashash,28:34)
Jadi dengan kemampuan berbicara yang fasih dan lancar diharapkan dapat menyentuh pikiran dan perasaan pendengar, sehingga mereka dapat menerimanya.
g. Syarat yang bersifat mujahadah.
Da’i hendaknya mempunyai semangat berdidikasi kepada masyarakatnya dijalan Allah dan semangat berjuang untuk menegakkan kebenaran. Tanpa semangat, para da’i dalam berdakwah tidak akan sepenuh hati, sehingga hasilnya tidak sebaik yang diinginkan. Tetapi bagi para da’i yang mempunyai semangat yang tinggi, maka Tuhan telah menjaminnya; bahwa mereka akan mendapat jalan menuju sukses.
Sesuai dengan firman Allah SWT, yang artinya:
” Dan orang-orang yang berjihad didalam (jalan) Kami, niscaya Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S. Al-Ankabut,29:69).
2.3 Pesan Dakwah
Berbicara soal penyampaian pesan, apapun media yang dipakai, unsur kredibilitas mememainkan peran yang sangat penting. Bahkan keberadaan kredibilitas sangat vital. Karena, tanpa kredibilitas, sebuah media massa misalnya, tidak mungkin dipandang, dipercaya dan diperhitungkan orang. Itulah harga sebuah kredibilitas yang harus menjadi ultimate goal sebuah media.
Pesan dakwah ini dalam al-Qur’an diungkapkan beraneka ragam yang menunjukan fungsi kandungan ajaran-Nya, melalui penyampaian pesan-pesan Islam, manusia akan dibebaskan dari segala macam bentuk kekufuran dan kemusrikan. Inti agama Islam yang telah disepakati oleh para ulama, sarjana, dan pemeluknya sendiri adalah tauhid Sehingga sering dikatakan bahwa agama Islam adalah agama tauhid. Dan yang membedakan Islam dengan agama lainnya adalah monoteisme atau tauhid yang murni, yang tidak dapat dicampuri segala bentuk syirik. Dan inilah yang melebihkan agama Islam diatas agama lain.
Sumber utama ajaran Islam sebagai pesan dakwah adalah al-Qur’an itu sendiri, yang memiliki maksud spesifik. Paling tidak terdapat sepuluh maksud pesan al-Qur’an sebagai sumber utama Islam adalah :
a. Menjelaskan hakikat tiga rukun Islam, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan, yang telah didakwahkan oleh Rosul
b. Menyempurnakan aspek psikologis manusia secara individu, kelompok dan masyarakat.
c. Menjelaskan sesuatu yang belum diketahui manusia tentang hakikat kenabian, risalah, dan tugas para Rosul.
d. Mereformasi kehidupan sosial kemasyarakatan dan sosial politik diatas dasar kesatuan nilai kedamaian dan keselamatan dalam agama.
e. Mengkokohkan keistimewaan universalitas ajaran Islam dalam pembentukan kepribadian melalui kewajiban dan larangan.
f. Menjelaskan hukum Islam tentang kehidupan politik negara.
g. Membimbing penggunaan urusan harta.
h. Meroformasi sistem peperangan guna mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan manusia dan mencegah dehumanisasi.
i. Menjamin dan memberikan kedudukan yang layak bagi hak-hak kemanusiaan wanita dalam beragama dan berbudaya.
j. Membebaskan perbudakan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Da’i sebagai komunikator agar tujuannya tercapai dengan baik selain mempunyai kredibilitas tinggi juga harus berintegritas yang tinggi pula, integritas di sini dimaksudkan pintar, terampil, jujur, memiliki disiplin pribadi, tahu kemampuan dan batas kemampuan pribadi atas dirinya, dari sana berarti seorang da’i yang ingin memiliki kredibilitas dan integritas yang tinggi harus berupaya membentuk dirinya dengan sungguh-sungguh, maka ia akan berhasil dalam tugasnya melaksanakan dakwah jika padanya dibekali syarat-syarat.
Uraian-uraian diatas memberikan kita kejelasan bahwa dalam melaksanakan atau mengemban tugas yang mulia ini tidaklah semudah yang kita bayangkan agar dakwah secara maksimal tercapai.
3.2 Saran
Suatu kali, Dwight Eisenhower berkata: "Untuk menjadi pemimpin, seseorang harus memiliki pengikut. Agar memiliki pengikut, ia harus memiliki rasa percaya diri. Sebab itu, tak diragukan lagi, kualitas utama dari seorang pemimpin, adalah
integritas.Tanpanya, tak akan ada keberhasilan yang sejati, baik dalam kelompok masyarakat, di lapangan sepakbola, ketentaraan, ataupun kantor. Bila rekan-rekan kerja mendapati pemimpinnya berpura-pura atau tidak jujur, pemimpin itu akan jatuh.
Perkataannya haruslah sesuai dengan tindakannya. Karena itulah, yang paling diperlukan seorang pemimpin adalah integritas dan tujuan yang tinggi."
Apakah kita dapat dipercaya? Apakah orang lain percaya pada
kepemimpinan kita? Agar dapat memberi dampak terhadap kehidupan
orang lain, kita harus menjadi pemimpin yang memiliki kredibilitas. Sama halnya dengan da’i, ia pun harus memiliki kredibilitas karena da’i adalah pemimpin bagi umat islam.
DAFTAR PUSTAKA
 Asep & Agus, Metode Pengembangan Dakwah, Pustaka Setia: Bandung : 2002
 Asmuni, Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al-Ikhlas : Surabaya : 1983
 Agus, Ahmad, Syafe’I, Memimpin dengan Hati yang Selsai, Pustaka Setia : Bandung: 2003
 Rajasa, Sutan, Kamus Ilmiah Populer, Karya Utama, Surabaya: 2002
 Rakhmat, Djalaludin, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya : Bandung : 2008
 Saefullah, Ujang, Kapita Selekta komunikasi, Simbiosa : Bandung : 2007
 http://www.gkj-sarimulyo.110mb.com/arsip_file/kredibilitas_
 www.pertamina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=
 http://one.indoskripsi.com/click/8130/0one.indoskripsi.com

1 komentar: